Harga Minyak Tertekan, Batu Bara Tetap Stabil
Jakarta, PANGKEP NEWS – Harga batu bara tetap tidak berubah dan berada di atas US$100/ton meskipun produksi batu bara di India meningkat bertepatan dengan risiko pasokan yang lebih rendah dari Australia.
Harga batu bara yang bertahan di level US$100/ton ini cukup mengesankan, terutama ketika harga komoditas lain seperti minyak sedang mengalami penurunan signifikan.
Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara pada 5 Mei 2025 tercatat sebesar US$102,35/ton, tidak berubah dari penutupan perdagangan 2 Mei 2025 yang juga berada di level yang sama.
Harga batu bara tetap kuat meskipun harga minyak mengalami tekanan.
Harga minyak Brent pada perdagangan Senin turun 1,7% menjadi US$60,23, level terendah sejak Februari 2021. Sementara itu, harga minyak WTI turun 1,9% menjadi US$57,13, juga terendah sejak Februari 2021 atau lebih dari empat tahun.
Harga minyak dunia jatuh tajam, mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh keputusan OPEC+ yang mempercepat peningkatan produksi secara agresif, memperburuk kekhawatiran pasar tentang kelebihan pasokan di tengah permintaan yang melemah.
Minyak dan batu bara sebagai komoditas energi sering kali memiliki hubungan harga yang saling mempengaruhi.
Menurut asian-power.com, produksi batu bara India dari tambang milik sendiri dan komersial mencapai 14,01 juta ton (MT) pada April 2025, meningkat dari 10,87 MT pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kementerian Batu Bara menyatakan bahwa pengiriman batu bara negara tersebut juga meningkat menjadi 16,81 MT dari 14,54 MT.
Kementerian mengaitkan tren ini dengan “intervensi kebijakan berkelanjutan, pemantauan ketat, dan keterlibatan pemangku kepentingan untuk mempercepat perizinan operasional dan meningkatkan kapasitas produksi.”
Kontributor utama lain dalam peningkatan ini adalah dimulainya operasi di blok batu bara yang baru dikembangkan selama periode tersebut, yakni blok Kotre Basantpur Pachmo milik M/s Central Coalfields Limited (CCL), dengan Kapasitas Puncak Terukur (PRC) sebesar 5 MT per tahun, dan blok batu bara Naini milik M/s Singareni Collieries Company Limited (SCCL), dengan PRC sebesar 10 MT per tahun.
“Fokusnya tetap pada memastikan kelancaran produksi, meminimalkan gangguan pasokan, dan berkontribusi secara signifikan terhadap permintaan energi negara yang terus meningkat,” kata kementerian tersebut.
Di sisi lain, pulihnya harga batu bara setelah pekan lalu berada di bawah US$100/ton disebabkan oleh risiko pasokan yang lebih rendah dari Australia yang sementara mengimbangi tekanan dari produksi Asia yang melimpah dan permintaan yang lemah.
Whitehaven mencatat bahwa cuaca buruk pada kuartal Maret menghambat aktivitas ekspor pada akhir April.
Selain itu, AS menghapus pembatasan bagi pemberi pinjaman negaranya untuk memberikan pinjaman bagi pembangkit listrik tenaga batu bara.
Walaupun demikian, harga minyak berjangka turun 20% tahun ini karena musim dingin yang lebih hangat di China membatasi permintaan pemanas yang membutuhkan banyak listrik dan ekspor batu bara termal.
PANGKEP NEWS RESEARCH