IHSG Anjlok 1,42% Menjelang Libur Panjang
Jakarta, PANGKEP NEWS — Pada perdagangan hari ini, Kamis (8/5/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan setelah sebelumnya berada di zona hijau selama delapan hari berturut-turut.
IHSG ditutup melemah 98,48 poin atau sekitar 1,42% ke posisi 6.827,75. Tercatat 393 saham melemah, 228 saham menguat, dan 184 saham tidak berubah. Nilai transaksi mencapai Rp 14,45 triliun dengan volume 38,02 miliar saham dalam 1,61 juta transaksi.
Berdasarkan data Refinitiv, semua sektor tercatat mengalami penurunan. Sektor properti memimpin dengan penurunan -2,83%, diikuti sektor finansial -1,51%, teknologi -1,2%, utilitas -1,2%, dan bahan baku -1,10%.
Hari ini IHSG ambruk setelah sebelumnya menguat 13,87% selama sebulan. IHSG sempat melonjak setelah mengalami penurunan pada awal perdagangan pasca-libur panjang Idulfitri, bersamaan dengan pengumuman tarif impor baru oleh Presiden AS Donald Trump.
Investor melakukan aksi profit taking pada beberapa saham. Saham ANTM mencatat transaksi tertinggi dengan nilai Rp 1,37 triliun, sejalan dengan kenaikan saham tersebut sebesar 86,43% dalam sebulan terakhir.
Selain ANTM, saham tambang emas lainnya seperti MDKA juga menjadi target aksi jual investor dengan nilai transaksi Rp 421,09 miliar.
Saham emiten tambang emas mengalami kenaikan seiring meningkatnya harga emas. Saham perbankan juga ikut dijual menjelang libur panjang Waisak. Saham BBRI membukukan transaksi senilai Rp 771,63 miliar setelah menguat 4,12% dalam sebulan terakhir. Sementara itu, saham BBCA yang menguat 15,43% dalam sebulan terakhir mencatat transaksi Rp 741,97 miliar.
Penurunan IHSG terjadi bersamaan dengan keputusan bank sentral AS, The Fed, yang menahan suku bunga di level 4,25%-4,50% pada bulan ini. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan dampak kebijakan tarif impor Presiden Trump.
The Fed mengumumkan keputusan tersebut pada Rabu waktu AS, atau Kamis dini hari di Indonesia (8/5/2025). Ini adalah ketiga kalinya The Fed menahan suku bunganya setelah penurunan terakhir pada Desember 2024.
Sejak Maret 2022 hingga Juli 2023, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 525 bps, kemudian menahan di level 5,25-5,50% selama lebih dari setahun hingga akhirnya menurunkan kembali pada akhir 2024 sebesar total 100 bps.
Keputusan The Fed ini diambil di tengah meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor oleh Presiden Trump yang diumumkan pada 2 April 2025.
Dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa akhir April sebesar US$ 152,5 miliar, turun signifikan sebesar US$ 4,6 miliar dari bulan sebelumnya.
Penurunan cadangan devisa disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari BI sebagai respons terhadap ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.
Cadangan devisa pada akhir April 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, melebihi standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan ini diharapkan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.