Jepang di Ambang Krisis, Potensi ‘Kiamat’ Finansial Mengancam
Jakarta, PANGKEP NEWS – Pasar obligasi Jepang saat ini menimbulkan kekhawatiran global karena imbal hasil untuk tenor yang sangat panjang (40 tahun) telah mencapai puncak tertinggi dalam sejarah pada pekan lalu.
Menurut data dari Refinitiv, pada Kamis (22/5/20250), imbal hasil obligasi Jepang untuk tenor 20, 30, dan 40 tahun masing-masing tercatat sebesar 2,58%, 3,17%, dan 3,67%.
Tenor 40 tahun khususnya telah mencapai rekor tertinggi pada Kamis lalu. Kenaikan imbal hasil obligasi Jepang ini bisa memicu gelombang repatriasi modal karena investor Jepang berpotensi menarik dana dari Amerika Serikat.
Peningkatan imbal hasil juga membawa masalah bagi pasar global secara keseluruhan karena menyebabkan biaya pinjaman yang meningkat.
Menurut PANGKEP NEWS International, Jepang tampak seperti ‘bom waktu’ yang siap meledak. Jika kepercayaan terhadap salah satu aset yang dianggap aman di pasar keuangan ini runtuh, maka kepercayaan di pasar global bisa terguncang.
Jika imbal hasil obligasi pemerintah Jepang terus menanjak, hal ini bisa “memicu krisis besar di pasar keuangan global,” ungkap Albert Edwards, ahli strategi global di Societe Generale Corporate & Investment Banking.
Imbal hasil yang lebih tinggi dan penguatan yen dapat mempengaruhi minat domestik untuk berinvestasi di luar negeri, jelas Edwards kepada PANGKEP NEWS. “Investasi di AS selama ini bukan hanya karena suku bunga yang lebih tinggi, tetapi juga keuntungan dari nilai tukar.” Edwards menyoroti saham teknologi AS, yang telah menerima arus dana besar dari Jepang, sebagai sektor yang paling rentan terhadap penguatan yen.
Imbal hasil yang tinggi menjadi perhatian bagi pasar global secara umum karena berarti peningkatan biaya pinjaman, kata David Roche, ahli strategi di Quantum Strategy. Jepang sebagai salah satu kreditor terbesar kedua di dunia menambah risiko ini. Aset eksternal bersih negara itu mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024 sebesar 533,05 triliun yen (sekitar US$3,7 triliun).
Roche menambahkan bahwa repatriasi dana ke Jepang menandakan “akhir dari dominasi AS” dan tren serupa juga terlihat di Eropa dan China.
Dampak Global
Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang/JGB dapat memotivasi investor Jepang untuk menarik dana dari aset luar negeri, termasuk obligasi dan saham AS, dan mengalihkan investasi kembali ke dalam negeri. Ini bisa mengakibatkan:
- Penguatan Yen: Arus modal kembali ke Jepang dapat memperkuat yen, yang pada gilirannya dapat menekan keuntungan perusahaan Jepang yang bergantung pada ekspor.
- Penurunan Permintaan Obligasi AS: Penjualan obligasi AS oleh investor Jepang bisa meningkatkan imbal hasil obligasi AS, memperketat kondisi keuangan global.
- Dampak pada Pasar Saham: Penurunan permintaan terhadap aset berisiko dapat menekan pasar saham global, terutama sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti teknologi dan real estat.
Walaupun Bank of Japan/BOJ saat ini tidak menunjukkan kekhawatiran besar terhadap kenaikan imbal hasil, situasi ini tetap menjadi perhatian utama bagi investor global karena dampaknya yang potensial terhadap stabilitas keuangan internasional.
PANGKEP NEWS RESEARCH