Kebangkitan Kekuatan Rusia: Putin Bersiap Hadapi NATO
Jakarta, PANGKEP NEWS – Menurut laporan terbaru dari International Institute for Strategic Studies (IISS) yang dirilis pada Kamis, 15 Mei 2025, Rusia dilaporkan siap untuk menghadapi NATO.
IISS memperingatkan bahwa Rusia dapat menjadi ancaman militer yang signifikan bagi anggota NATO, terutama negara-negara Baltik, mulai awal 2027. Namun, kemampuan ini bergantung pada apakah Trump dapat menyelesaikan perang Ukraina segera dan apakah AS akan mengurangi keterlibatannya dalam NATO setelahnya.
“Rusia berpotensi menjadi tantangan militer yang signifikan bagi sekutu NATO, khususnya negara-negara Baltik, seawal tahun 2027,” sebut IISS dalam laporannya.
Meskipun konflik di Ukraina masih berlangsung, perhatian mulai beralih ke langkah-langkah yang akan diambil oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, setelah perang berakhir.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada bulan Maret lalu menegaskan bahwa program persenjataan ulang Rusia menunjukkan ambisi yang melampaui Ukraina. Ini juga disuarakan oleh mantan Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, yang memperingatkan bahwa “hanya soal waktu sebelum mereka memulai konflik berikutnya.”
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah tiba di Ankara pada hari Kamis untuk pembicaraan langsung dengan Putin, mengikuti dorongan AS untuk mencapai kesepakatan damai. Namun, Putin tidak hadir, sementara Ukraina mengharapkan respons tegas dari Trump.
Sementara upaya diplomasi berjalan, IISS menyoroti kekhawatiran mendalam di kalangan pemimpin NATO tentang potensi agresi Rusia terhadap Eropa jika mereka melihat aliansi itu terpecah atau melemah baik secara militer maupun politik.
Kemampuan Militer Rusia
Menurut Jenderal Christopher Cavoli, komandan Komando Eropa AS, kepada Kongres, meskipun Rusia mengalami kerugian besar di Ukraina, termasuk sekitar 3.000 tank dan 9.000 kendaraan lapis baja dalam waktu satu tahun, mereka diperkirakan mampu menggantinya.
Pada akhir 2022, Menteri Pertahanan Rusia saat itu, Sergei Shoigu, mengumumkan rencana besar untuk merestrukturisasi militer, termasuk pembentukan kembali distrik militer Moskow dan Leningrad, serta menambah personel aktif menjadi 1,5 juta tentara.
Laporan intelijen Estonia yang dikutip oleh IISS pada Februari 2024 memperingatkan bahwa jika reformasi ini berhasil, NATO dapat menghadapi “militer bergaya Soviet” dalam dekade mendatang. Meskipun mungkin lebih rendah secara teknologi dibandingkan NATO, kecuali dalam peperangan elektronik dan serangan jarak jauh, daya serangnya tetap signifikan.
Kepala staf pertahanan Inggris, Laksamana Sir Tony Radakin, juga memperkirakan akan memerlukan waktu lima tahun bagi Rusia untuk memulihkan kekuatan militernya ke tingkat sebelum perang, dan lima tahun lagi untuk mengatasi kelemahan struktural yang terungkap selama konflik.
Intelijen militer Denmark menambahkan bahwa jika AS tidak terlibat, Rusia bisa siap untuk meluncurkan perang besar di Eropa dalam waktu sekitar lima tahun. Mereka juga menyebut bahwa Moskow kemungkinan besar akan lebih siap menggunakan kekuatan militer terhadap negara anggota NATO jika mereka menilai aliansi itu terpecah atau tidak siap bertempur.