Kementerian Pertahanan RI Bantah Kabar Rusia Ingin Gunakan Pangkalan Udara di Papua
Jakarta, PANGKEP NEWS Indonesia — Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia merespons laporan dari situs militer Janes yang menyatakan Rusia mencoba meminta akses ke pangkalan Angkatan Udara Indonesia di Papua.
Kepala Biro Informasi Pertahanan (Karo Infohan) di Kementerian Pertahanan Indonesia, Kolonel Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang, menegaskan bahwa laporan tersebut tidak benar.
Frega menyatakan, “Terkait pemberitaan mengenai usulan penggunaan pangkalan Indonesia oleh Rusia, Kemhan mengklarifikasi bahwa berita tersebut tidak benar,” kepada PANGKEP NEWS Indonesia.com, pada Selasa (15/4).
Sebelumnya, Janes merilis laporan berjudul “Indonesia Pertimbangkan Opsi Usai Rusia Berupaya Akses ke Pangkalan AU” pada Selasa (14/4). Laporan itu menyebut Jakarta menerima permintaan resmi dari Moskow terkait izin bagi pesawat Angkatan Udara Rusia (VKS) untuk ditempatkan di fasilitas di provinsi paling timur Indonesia.
Sumber terpisah dari pemerintah Indonesia mengonfirmasi kepada Janes bahwa permintaan tersebut diterima oleh kantor Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin setelah bertemu dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, Sergei Shoigu, pada Februari 2025.
Dokumen yang diterima Janes menunjukkan bahwa Rusia berusaha menempatkan sejumlah pesawat jarak jauh di Pangkalan Angkatan Udara Manuhua, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo.
Pangkalan udara Biak adalah rumah bagi Skuadron Penerbangan 27 Angkatan Udara Indonesia yang mengoperasikan pesawat pengintai CN235.
Beberapa media Australia juga melaporkan hal ini. Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, mengatakan pemerintah telah “berkomunikasi” dengan Indonesia mengenai laporan tersebut.
Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, menyatakan pemerintah sedang mencari informasi lebih lanjut dari pihak Indonesia. “Kami dari pihak pemerintah mencoba untuk mengonfirmasi laporan itu dan untuk mengetahui apakah laporan tersebut akurat atau tidak dan seperti apa status permintaan Rusia itu,” ungkap Wong, dikutip dari ABC Australia.
Wong juga menambahkan bahwa Rusia merupakan kekuatan disruptif dan Presiden Vladimir Putin ingin memainkan peran.
(isa/rds/bac)