Jakarta, PANGKEP NEWS
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, berbagi cerita menarik saat mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungan ke Qatar minggu lalu. Dalam kesempatan tersebut, Ara mengungkapkan bahwa Emir Qatar sempat bertanya tentang Danantara.
“Lima hari lalu saya menemani Presiden ke Qatar bertemu Emir Qatar di istana yang megah. Presiden diterima dengan luar biasa, masuk ke ruang pertemuan, dan berbincang dengan Emir Qatar. Emir Qatar sangat dicintai rakyatnya karena perhatian besar yang diberikan kepada masyarakat. Presiden Prabowo juga sangat pro rakyat melalui berbagai inisiatif, termasuk kualitas makan siang dan lainnya,” ujarnya di Muara Angke, Kamis (17/4/2025).
“Setelah berbincang lama, Emir Qatar bertanya apa itu Danantara. Saya menjelaskan bahwa itu adalah topik yang sempat menimbulkan polemik, dan Pak Prabowo kemudian menjelaskan bahwa Danantara merupakan pengelola kekayaan Indonesia, dengan aset BUMN senilai ribuan triliun,” lanjutnya.
Setelah menerima penjelasan, Emir Qatar akhirnya memutuskan untuk menginvestasikan dana ke Danantara.
“Sumber daya alam kita meliputi bauksit, nikel, dan hilirisasi. Dalam diskusi singkat, saya yakin bahwa investasi sebesar 2 miliar dolar, yang mungkin setara dengan Rp 32 triliun, dapat terealisasi,” ungkap Ara.
Danantara adalah dana kekayaan negara kedua setelah Indonesia Investment Authority, yang diluncurkan pada tahun 2021 dan memiliki aset sebesar US$ 10,5 miliar (Rp 176 triliun). Susunan lengkap dewan direksinya diumumkan bulan lalu. Miliarder Amerika Ray Dalio dan mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra telah ditunjuk sebagai penasihat.
Penandatanganan MoU
Dalam pertemuan bilateral, Presiden Prabowo dan Sheikh Tamim menyaksikan langsung penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Negara Qatar.
Dokumen penting berjudul “Memorandum Saling Pengertian tentang Dialog Strategis antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Negara Qatar” tersebut ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono dan Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani.
