Posted On Mei 10, 2025

Saksi Bisu Emosi: Ruang Air Mata di Vatikan

Fajar Pratama 0 comments
BERITA PANGKEP >> Berita >> Saksi Bisu Emosi: Ruang Air Mata di Vatikan
ruang air mata jadi saksi bisu seribu emosi paus baru

Jakarta, PANGKEP NEWS Indonesia

Di tengah gemuruh dunia setiap kali menyambut seorang Paus baru, terdapat saat-saat hening ketika Paus terpilih menuju ruang khusus untuk berganti pakaian. Ruang ini menjadi saksi dari kekhawatiran dan keraguan yang dirasakan puluhan Paus saat menghadapi tugas besar di masa depan.

Di Roma, pada hari Kamis (8/5/2025), dunia menyambut Paus Leo XIV sebagai pengganti Paus Fransiskus. Keberadaan Ruang Air Mata pun kembali menjadi sorotan.

Ruang kecil itu adalah tempat di mana Paus yang baru terpilih mengganti pakaian kardinal merahnya dengan jubah putih kepausan. Dikenal sebagai Room of Tears atau dalam bahasa Italia, Stanza delle Lacrime, ruangan ini kadang juga disebut Crying Room (Ruang Menangis).

Room of Tears hanya berjarak beberapa langkah dari Kapel Sistina, lokasi pemilihan Paus baru. Kapel Sistina terletak di bagian timur laut Basilika Santo Petrus, dekat dengan Perpustakaan Vatikan dan Museum Vatikan.

Ruang kecil ini menyediakan tiga ukuran pakaian atau jubah kepausan.

Namun, ruang ini bukan hanya tentang kegunaan praktis. Room of Tears juga menyimpan memorabilia, dokumen, serta pakaian dari para Paus terdahulu.

Meskipun biasanya terkunci, terkadang ruangan ini dapat dikunjungi. Letaknya tepat di sebelah kiri Kapel Sistina bila menghadap ke altar.

Setelah Paus terpilih menerima tugasnya, yang sekaligus menandai akhir dari proses konklaf, Dekan Kardinal akan menanyakan nama kepausan yang dipilihnya.

Setelah itu, Paus baru memiliki beberapa saat di Room of Tears untuk mengenakan jubah putih kepausannya. Beberapa saat kemudian, ia akan menatap ke arah Lapangan Santo Petrus dan menyapa dunia sebagai Paus untuk pertama kalinya.

Paus Fransiskus dalam autobiografinya tahun 2025 berjudul “Hope” mengenang bahwa setelah memasuki sakristi, ia menemukan cincin episkopalnya masih ada di sakunya. Ia memilih untuk tidak mengenakan jubah beludru merah yang dikenal sebagai mozzetta maupun sepatu merah.

“Saya memakai sepatu ortopedi; kaki saya agak datar,” tulisnya, dikutip dari Chatolic News Agency.

Mengapa Disebut Ruang Air Mata?

Ruang kecil yang sederhana ini adalah tempat di mana Paus baru menyendiri sesaat setelah menerima jabatan kepausan, hanya beberapa saat sebelum ia diperkenalkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus.

Nama ruangan ini berasal dari emosi kuat yang sering kali menguasai Paus baru saat mereka menyadari tanggung jawab spiritual dan kemanusiaan yang luar biasa dalam memimpin sekitar 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.

Banyak yang menangis di sini, diliputi oleh perasaan rendah hati, takjub, atau bahkan ketakutan akan besarnya peran yang kini harus mereka emban.

Saat Paus Leo XIII terpilih pada tahun 1878, kabarnya ia menangis. Pada usia 67 tahun, ia merasa dirinya terlalu tua untuk menjadi Paus. Nyatanya, ia kemudian menjadi Paus tertua kedua dalam sejarah dan wafat di usia 93 tahun.

Pada 1958, ketika Paus Yohanes XXIII melihat dirinya di cermin dengan jubah putih kepausannya, ia bergurau bahwa dirinya akan menjadi “bencana di televisi.” Jubah Paus Yohanes XXIII harus dipasangi peniti di beberapa tempat karena ukuran tubuhnya yang besar.

Tak mengherankan jika bagi para Paus terpilih sepanjang sejarah, ruang kecil di samping Kapel Sistina yang menyimpan pakaian kepausan ini menjadi lebih dari sekadar ruang untuk berganti pakaian.

Di dalam Ruang Air Mata ini, Paus terpilih mengganti pakaian dari jubah merah kardinal menjadi cassock putih kepausan.

Tiga ukuran pakaian – kecil, sedang, dan besar – telah disiapkan, bersama dengan kotak-kotak sepatu dan perlengkapan kepausan lainnya.

Di sini, Paus yang terpilih akan berhenti sejenak untuk berdoa dan merenung, terkadang sendirian, terkadang ditemani oleh Master of Ceremonies Vatikan sebagai persiapan untuk penampilan publik pertamanya sebagai Penerus Santo Petrus.

Sebuah plakat bertanggal 31 Mei 2013 berbunyi: “Di ruangan ini, yang disebut ‘air mata’ sejak masa Paus Gregorius XIV, yang pada tanggal 5 Desember 1590, tepat setelah terpilih sebagai Paus, meneteskan air mata karena haru, Paus baru, setelah menerima pemilihannya, mengenakan pakaian jabatannya.”

Simbolisme dari momen ini sangat mendalam: lebih dari sekadar pergantian pakaian, ini adalah transformasi identitas.

Seperti yang dijelaskan Monsinyur Marco Agostini, Master of Ceremonies Kepausan, kepada kantor berita Italia Agenzia Nuova, di ruangan inilah Paus menyadari siapa dirinya sekarang. Pergantian pakaiannya mencerminkan perubahan mendalam dalam kehidupannya. Di tempat itu, ia memahami bahwa jabatan ini jauh lebih besar daripada dirinya sebagai pribadi.

PANGKEP NEWS RESEARCH [email protected]

Related Post

Video: Prabowo Berikan Janji Spesial untuk Buruh

Jakarta, PANGKEP NEWSPresiden RI Prabowo Subianto menyatakan akan memberikan apresiasi kepada para pekerja di Indonesia.…

Kapel Sistina Menjadi Lokasi Pemilihan Paus Baru, Inilah Alasannya

Kapel Sistina Menjadi Lokasi Pemilihan Paus Baru, Inilah AlasannyaJakarta, PANGKEP NEWS - Vatikan sedang mempersiapkan…

Wakil Indonesia di Jenewa Menyerukan Pengakuan Hukum Adat dan Kewaspadaan terhadap Biopiracy

Wakil Indonesia di Jenewa Menyerukan Pengakuan Hukum Adat dan Kewaspadaan terhadap BiopiracyJakarta – Indonesia kembali…