Misteri Kanker Usus Buntu yang Kian Menyerang Kaum Muda
Jakarta, PANGKEP NEWS – Kasus kanker yang meningkat di kalangan generasi muda semakin menjadi perhatian. Salah satu jenis kanker yang kini lebih sering ditemukan di kalangan ini adalah kanker usus buntu, yang dulunya dianggap jarang terjadi.
Sebelumnya, jenis kanker ini lebih umum ditemukan pada orang dewasa yang lebih tua. Namun, data terbaru mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan dengan semakin banyaknya kasus di kalangan anak muda, khususnya di usia 30-an dan 40-an. Perubahan pola ini membuat banyak ahli kesehatan mencari penjelasan.
Studi terbaru yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine mencatat peningkatan signifikan pada kasus kanker usus buntu di antara mereka yang lahir setelah tahun 1970-an. Angka kejadian telah melonjak hingga tiga atau empat kali lipat pada generasi ini dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun 1940-an.
Meskipun secara keseluruhan jumlah kasusnya masih relatif kecil, peningkatannya sangat mencolok. Sekarang, sekitar satu dari tiga kasus ditemukan pada orang dewasa di bawah usia 50 tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan jenis kanker gastrointestinal lainnya.
Pemicu Peningkatan Kasus
Penyebab pasti dari lonjakan ini masih belum jelas, namun salah satu faktor utama yang dicurigai adalah perubahan signifikan dalam gaya hidup dan lingkungan dalam beberapa dekade terakhir.
Sejak tahun 1970-an, tingkat obesitas telah meningkat pesat, dan kelebihan berat badan diketahui sebagai faktor risiko untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker sistem pencernaan.
Pola makan juga berperan, dengan banyak anak muda kini lebih memilih makanan olahan, minuman manis, dan daging merah atau olahan, yang semuanya disebut-sebut meningkatkan risiko kanker di bagian lain dari usus.
Aktivitas fisik yang menurun karena banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar juga menjadi faktor yang dipertimbangkan.
Selain itu, kemungkinan adanya paparan faktor lingkungan baru yang tidak dihadapi generasi sebelumnya, seperti industrialisasi produksi pangan, penggunaan plastik dan bahan kimia secara luas, serta perubahan kualitas air, mungkin turut berkontribusi.
Gejala Kanker Usus Buntu
Tantangan utama dari kanker usus buntu adalah sulitnya mendeteksi penyakit ini. Tidak seperti kanker usus besar yang bisa dideteksi lebih awal melalui kolonoskopi, kanker usus buntu sering tidak terdeteksi.
Gejalanya, jika muncul, seringkali tidak spesifik dan mudah diabaikan. Gejala seperti nyeri perut ringan, kembung, atau perubahan kebiasaan buang air besar sering disalahartikan sebagai keluhan umum untuk kondisi lain yang lebih jinak. Akibatnya, banyak kasus baru terdeteksi setelah operasi untuk radang usus buntu yang diduga, dan sering kali sudah terlambat untuk intervensi dini.
Walaupun jumlah kasus meningkat, belum ada tes skrining rutin untuk kanker usus buntu. Penyakit ini terlalu jarang untuk memerlukan skrining massal, dan usus buntu sulit divisualisasikan dengan pencitraan standar atau endoskopi.
Jika seseorang mengalami gejala perut yang berlangsung lama atau tidak biasa, terutama jika berusia di bawah 50 tahun, sangat penting untuk tidak mengabaikannya.
(hsy/hsy)