Sri Mulyani Berikan Peringatan Terkait Surplus Neraca Dagang Indonesia
Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengeluarkan peringatan mengenai surplus neraca dagang Indonesia yang mungkin terpengaruh oleh dinamika kondisi global.
Seperti diketahui, selama lima tahun berturut-turut, neraca dagang Indonesia mengalami surplus, tepatnya selama 60 bulan. Sri Mulyani menekankan bahwa kondisi global dapat mempengaruhi aktivitas ekspor dan impor negara.
“Neraca perdagangan kita masih menunjukkan surplus selama lima tahun berturut-turut. Ini positif, namun kita harus waspada karena kondisi global dapat mempengaruhi ekspor dan impor, apalagi adanya perang dagang, meskipun neraca dagang kita telah mengalami surplus selama lima tahun,” ungkap Sri Mulyani pada Selasa, 17 Juni 2025.
Pada bulan Mei yang lalu, Kemenkeu mencatat pertumbuhan yang signifikan dalam ekspor sektor pertanian sebesar 56,2% dan industri pengolahan sebesar 25,8%. Sayangnya, terjadi penurunan pada ekspor komoditas, yang berdampak pada penerimaan negara.
“Penurunan terjadi pada komoditas pertambangan dengan angka minus 26%, yang memengaruhi penerimaan negara,” jelas Sri Mulyani.
Indikasi penurunan surplus neraca dagang makin terlihat jelas pada April 2025. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa nilai neraca dagang pada April 2025 merupakan yang terendah selama 60 bulan terakhir, sejak Mei 2020.
“Secara bulanan, surplus April 2025 ini yang terendah sejak Mei 2020,” kata Pudji di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin, 2 Juni 2025.
Pudji menjelaskan bahwa penurunan surplus ini diakibatkan oleh kinerja ekspor yang menurun lebih cepat dibanding impor yang mulai meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
“Rendahnya neraca dagang Indonesia pada April 2025 disebabkan oleh penurunan nilai ekspor sebesar 10,77% dibandingkan Maret 2025, sementara nilai impor meningkat 8,80% secara bulanan,” jelas Pudji.