Posted On April 26, 2025

“Bencana Alam Semakin Dekat, Bumi Kehilangan Triliunan Ton Air”

Dwi Cahyadi 0 comments
BERITA PANGKEP >> lingkungan >> “Bencana Alam Semakin Dekat, Bumi Kehilangan Triliunan Ton Air”
kiamat mendekat daratan bumi kehilangan triliunan ton air

Jakarta, PANGKEP NEWS

Permukaan daratan di bumi mengalami kehilangan 1,6 triliun ton air yang dipicu oleh pemanasan global dan konsumsi air oleh penduduk.

Laporan dalam jurnal Science yang dirilis pada 28 Maret, mengungkapkan bahwa penyimpanan air daratan, termasuk air di akuifer bawah tanah, danau, sungai, serta celah-celah kecil di tanah, mengalami penurunan besar di awal abad ke-21.

Saat ini, daratan bumi menyimpan air jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Pengurangan ini tidak hanya disebabkan oleh pencairan es.

Pengurangan drastis cadangan air tawar ini disebabkan oleh peningkatan suhu di daratan dan samudera, yang pada akhirnya meningkatkan kejadian kekeringan global.

Studi ini diungkapkan oleh ahli geofisika Ki-Weon Seo dari Seoul National University dan rekan-rekannya. Mereka memperkirakan tren penurunan air akan berlanjut seiring dengan proyeksi pemanasan bumi di masa depan.

Dalam penelitian ini, Ki-Weon Seo dan timnya menggunakan berbagai metode independen untuk mengukur kehilangan air daratan dari 2000 hingga 2020.

Metode yang digunakan mencakup pengamatan gravitasi satelit di daratan, pengukuran kelembapan tanah melalui satelit, pengamatan kenaikan permukaan laut global, dan pengamatan perubahan rotasi bumi akibat perubahan distribusi massa.

Akibat pergeseran air dari daratan ke laut, kutub bumi telah bergeser sekitar 45 sentimeter.

Data dari berbagai metode ini menyimpulkan bahwa penyimpanan air di bumi menurun tajam pada awal abad ke-21.

Dari 2005 hingga 2015, saat semua metode ini saling mendukung, ditemukan bahwa penyimpanan air di daratan berkurang hampir 1,3 triliun metrik ton, setara dengan kenaikan permukaan laut global hingga 3,5 milimeter.

Data satelit menunjukkan bahwa air yang tersimpan di tanah menurun drastis antara 2000-2002, dengan perkiraan kehilangan 1,6 triliun metrik ton air.

Di sisi lain, pencairan lapisan es Greenland hanya menyumbang sekitar 900 miliar ton atau 0,8 milimeter per tahun dari kenaikan permukaan laut antara 2002 hingga 2006, meskipun Greenland dianggap sebagai kontributor utama kenaikan permukaan laut.

Data juga menunjukkan penurunan kelembapan tanah yang terus berlanjut sepanjang periode yang diteliti, meskipun dengan laju lebih lambat. Dari 2003 hingga 2016, diperkirakan ada tambahan kehilangan air sekitar 1 triliun ton dari tanah.

Penyebab utama dari kehilangan air ini adalah peningkatan suhu, baik di atmosfer maupun di lautan.

Peningkatan suhu rata-rata bumi dalam beberapa dekade terakhir mengubah pola curah hujan, serta meningkatkan penguapan dan transpirasi atau pelepasan uap air dari tanaman ke atmosfer.

Meski lebih banyak uap air dari penguapan dan transpirasi dapat menyebabkan hujan dalam waktu singkat, air tersebut tidak terserap ke tanah dan kebanyakan langsung mengalir ke laut.

Seiring dengan meningkatnya suhu bumi, menurut Katharine Jacobs dari University of Arizona, wilayah yang mengalami kekeringan akibat suhu tinggi dan perubahan curah hujan semakin luas dibandingkan daerah yang menerima lebih banyak curah hujan.

Permintaan terhadap air tanah juga meningkat. “Sebagian besar orang yang bekerja di pengelolaan air tidak menyadari hubungan antara pengambilan air tanah dan kenaikan permukaan laut,” katanya.

Secara keseluruhan, jumlah total air di tanah bumi telah menurun sejak awal abad ini. Dengan proyeksi suhu bumi yang semakin panas, kemungkinan besar air tersebut tidak akan kembali seperti semula.

Ini adalah temuan yang mengkhawatirkan, ujar Benjamin Cook dari NASA Goddard Institute for Space Studies. “Segala sesuatu membutuhkan air. Jika Anda tidak memiliki cukup air, Anda dalam masalah,” tambahnya.

Kehilangan air di daratan ini menjadi berita buruk mengingat banyak orang di dunia yang belum memiliki akses air bersih.

Data menunjukkan bahwa masih ada 703 juta orang atau 1 dari 11 orang di dunia tidak memiliki akses ke air bersih.

Sebanyak 2,2 miliar orang tidak memiliki akses ke layanan air minum yang aman.

Perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia menghabiskan sekitar 250 juta jam setiap hari untuk mengangkut air, dengan jarak rata-rata 6 kilometer untuk membawa air seberat 20 kilogram.

Lebih dari 1.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap hari akibat penyakit yang terkait dengan kurangnya air bersih, sanitasi, dan kebersihan.

Sebanyak 1,69 miliar orang hidup tanpa akses ke sanitasi yang layak, dan 419 juta orang masih buang air besar di ruang terbuka.

Air menutupi 70% permukaan bumi, membuat banyak orang berpikir bahwa air akan selalu ada. Namun, hanya 3% dari air di dunia yang merupakan air tawar, dan dua pertiga dari jumlah itu dalam bentuk es di gletser atau tidak dapat diakses.

Akibatnya, sekitar 1,1 miliar orang di dunia tidak memiliki akses ke air bersih, dan 2,7 miliar orang mengalami kelangkaan air setidaknya satu bulan dalam setahun.

Banyak sistem air yang menopang ekosistem dan populasi manusia kini tertekan. Sungai, danau, dan akuifer mulai mengering atau terlalu tercemar untuk digunakan. Lebih dari separuh lahan basah dunia telah hilang. Pertanian menggunakan air lebih banyak dari sektor lainnya, dan sebagian besar terbuang karena inefisiensi. Perubahan iklim juga memengaruhi pola cuaca dan distribusi air di seluruh dunia, menyebabkan kekeringan di beberapa tempat dan banjir di tempat lain.

Jika konsumsi tetap seperti ini, situasi akan semakin memburuk. Pada 2025, diperkirakan dua pertiga populasi dunia akan menghadapi krisis air. Ekosistem global akan semakin menderita.

Related Post

Peringatan Tegas dari BMKG: Bahaya Mengancam Umat Manusia – Inilah Indikasinya

Peringatan Tegas dari BMKG: Bahaya Mengancam Umat Manusia - Inilah IndikasinyaJakarta, PANGKEP NEWS - Plt.…

Potret Tragis Burung Endemik Afrika Selatan Terkena Racun Massal

Potret Tragis Burung Endemik Afrika Selatan Terkena Racun MassalDi Afrika Selatan, lebih dari 80 burung…

Dampak Positif dari Penanaman 6.250 Pohon oleh NEC Indonesia

Dampak Positif dari Penanaman 6.250 Pohon oleh NEC IndonesiaJPNN.com, JAKARTA - Pada Desember 2022, NEC…