Krisis Negara Nuklir di Asia: Kebakaran Terabaikan, Rumah Warga Ludes
Jakarta, PANGKEP NEWS – Situasi krisis di Korea Utara kini semakin memburuk. Dalam perkembangan terbaru, Dinas Pemadam Kebakaran di negara tersebut menolak memberikan layanan pemadaman api secara cuma-cuma akibat harga bahan bakar yang melonjak tinggi.
Insiden ini terjadi di wilayah Sinujiu. Kebakaran yang melanda kompleks apartemen dengan cepat menyebar ke rumah-rumah di sekitarnya, mengakibatkan lebih dari 10 unit rumah terbakar. Warga enggan meminta bantuan karena tingginya biaya pengiriman mobil pemadam kebakaran.
“Daripada menghubungi pemadam kebakaran, warga mencoba memadamkan api sendiri setelah sekelompok anak sekolah secara tidak sengaja menyalakan api sekitar pukul 1 siang pada tanggal 27 April,” ungkap seorang sumber kepada Radio Free Asia (RFA) yang dikutip pada Minggu (5/5/2025).
“Warga ragu untuk menelepon karena tidak mampu membayar. Ketika petugas pemadam kebakaran akhirnya tiba, api sudah menjalar ke unit tetangga dan atap,” tambahnya.
Kebakaran yang terjadi pada 27 April tersebut dimulai dari lantai tujuh gedung apartemen 12 lantai dan menyebar hingga lantai teratas. Warga menyatakan bahwa truk pemadam kebakaran baru tiba di lokasi setelah sekitar 10 dari total 120 unit apartemen terbakar. Meskipun tidak ada korban luka atau jiwa, kejadian ini memicu kemarahan di kalangan warga setempat.
“Orang-orang bertanya apa gunanya pemadam kebakaran jika tidak dapat merespons tanpa biaya,” ujar sumber kedua. “Warga di Korea Utara diharuskan menanggung biaya bahan bakar untuk kendaraan darurat, termasuk truk pemadam kebakaran.”
Walaupun secara resmi layanan pemadam kebakaran di Korea Utara gratis, kekurangan bahan bakar yang kronis, peralatan yang usang, serta dana yang terbatas untuk layanan darurat memaksa pemerintah daerah di negara yang mengklaim memiliki kemampuan nuklir itu untuk meminta pembayaran pengiriman. Beban finansial pun akhirnya dialihkan ke warga.
Saat ini, warga harus membayar 500.000 won Korea Utara (sekitar Rp 900 ribu) untuk bahan bakar ketika truk pemadam kebakaran dikerahkan, naik hampir 16 kali lipat dibandingkan 30.000 won yang dibayarkan tahun lalu.
“Sebagian besar kompleks apartemen terdiri dari sekitar 30 rumah tangga, jadi tidak mudah untuk mengumpulkan 500.000 won dari penduduk,” tambah sumber lainnya.