Modus Penipuan Baru dengan Video Call: Mengenali Deepfake
Jakarta, PANGKEP NEWS – Penipuan menggunakan teknologi deepfake semakin mengkhawatirkan karena kemampuannya meniru suara, wajah, dan gerak tubuh seseorang dengan sangat meyakinkan.
Teknologi ini tidak hanya menargetkan individu, tetapi juga mulai digunakan untuk menipu sistem perbankan.
Alfons Tanujaya, seorang pakar keamanan siber dari Vaksincom, memberikan beberapa saran penting agar masyarakat dan lembaga keuangan dapat menghindari menjadi korban.
Menurut Alfons, teknologi deepfake sulit untuk diidentifikasi dengan mata telanjang dan sering menipu korbannya.
Ia menyoroti adanya risiko besar jika teknologi ini digunakan untuk membobol sistem perbankan.
Untuk mengatasi ancaman deepfake pada sistem perbankan, peningkatan sistem verifikasi oleh pihak bank sangat diperlukan.
“Jangan hanya bergantung pada video call yang rentan terhadap manipulasi oleh deepfake,” ujar Alfons kepada PANGKEP NEWS melalui pesan singkat, Selasa (29/4/2025).
Ia menyarankan penerapan verifikasi tambahan seperti analisis biometrik yang lebih lanjut, deteksi liveness dalam verifikasi biometrik, dan penerapan multi factor authentication (MFA).
Selain bank, masyarakat juga harus lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan pihak yang mengaku sebagai perwakilan lembaga keuangan.
Alfons mengingatkan agar masyarakat tidak langsung percaya pada pihak yang mengaku dari bank dan menghubungi mereka melalui telepon atau pesan.
“Jika ada keraguan, segera hubungi nomor resmi layanan pelanggan bank,” tegasnya.
Ia menegaskan agar masyarakat tidak pernah memasukkan data pribadi atau OTP di situs atau tautan yang tidak dikenal keamanannya.
Bahkan jika tautan tersebut datang dari nomor resmi bank, tetap berhati-hatilah. “Karena dalam beberapa kasus, nomor pengirim SMS bank dapat dipalsukan oleh penipu,” jelas Alfons.