Posted On April 30, 2025

Petani Salak Merapi Mengeluh, Tambang Pasir Semakin Menggila

Citra Anggrek 0 comments
BERITA PANGKEP >> lingkungan >> Petani Salak Merapi Mengeluh, Tambang Pasir Semakin Menggila

Petani Salak Merapi Mengeluh, Tambang Pasir Semakin Menggila

Jakarta, PANGKEP NEWS – Penambangan pasir tanpa izin di area Gunung Merapi menimbulkan keresahan di kalangan penduduk setempat, termasuk petani salak pondoh. Tidak hanya berdampak negatif pada pertanian salak pondoh, tetapi juga merusak jalan-jalan desa.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) salak pondoh Sleman yang juga mengelola desa agrowisata Omah Salak, Surya Agung Saputra, mengungkapkan bahwa aktivitas penambangan pasir di lereng Merapi tidak hanya merugikan sektor pertanian tetapi juga merusak infrastruktur desa seperti jalan desa. Semenjak aktivitas penambangan semakin marak, kondisi jalan desa menjadi sangat buruk.

“Dampak dari penambangan pasir di lereng Merapi tidak hanya mempengaruhi pertanian salak dan sawah warga, tetapi juga jalan-jalan desa menjadi rusak,” ujar Surya kepada PANGKEP NEWS, Rabu (30/4/2025).

Surya menjelaskan bahwa banyaknya truk pengangkut pasir menyebabkan kerusakan pada jalan-jalan besar dan jalan desa yang sebenarnya tidak dirancang untuk menahan beban kendaraan berat. Selain itu, banyaknya mobil pribadi yang mengalihkan jalur ke jalan-jalan kecil akibat kerusakan jalan utama juga mengganggu penduduk setempat.

“Penambangan membutuhkan truk untuk mengangkut pasir, dan ini menyebabkan jalan-jalan menjadi rusak parah. Akibatnya, mobil pribadi juga beralih ke jalan-jalan kecil yang akhirnya ikut rusak,” ungkapnya.

Bahkan, truk-truk tersebut kadang melewati jalur evakuasi khusus, yang tidak dirancang untuk kendaraan berat. Jalur evakuasi ini juga merupakan akses utama bagi warga lereng Gunung Merapi untuk bekerja, bersekolah, dan keperluan penting lainnya.

Penambangan pasir di area Merapi sangat mengkhawatirkan warga dan terutama petani salak pondoh. Dampaknya sangat serius, dengan potensi gagal panen salak yang tinggi sehingga petani salak terpaksa beralih ke menanam sayuran.

“Sekarang petani sangat kesulitan menanam salak di sini. Karena tidak ada pengairan, saat kemarau banyak yang kering, terpaksa diganti dengan sayuran seperti cabai, atau tanaman lainnya meskipun airnya terbatas, tapi tetap saja, airnya berkurang, jadi sulit juga untuk menanam sayuran,” jelasnya.

Akibat penambangan pasir, produksi salak pondoh menurun drastis. Ini juga berdampak pada penurunan omzet petani hingga sekitar 70%. Bahkan untuk kebutuhan ekspor kini sulit dipenuhi sehingga harus mencari alternatif dari daerah lain seperti Kabupaten Wonosobo dan daerah Jawa Tengah lainnya.

“Ada penurunan omzet hingga 70%, begitu juga dengan ekspor, dulu kami sering sekali mengekspor dan dari sini paling banyak. Sekarang, sudah sulit karena panennya juga sulit, mau tidak mau harus mengambil dari daerah lain seperti Wonosobo atau daerah Jawa Tengah lainnya,” tambahnya.

Menanggapi masalah ini, pihaknya meminta pemerintah, terutama pemerintah Jawa Tengah, untuk mengambil tindakan tegas terhadap penambangan pasir ilegal di Jawa Tengah agar dampaknya tidak semakin meluas.

“Kami berharap penambangan pasir ini dapat dikendalikan oleh pemerintah Jawa Tengah, karena sumber masalahnya ada di Magelang, jadi ini kewenangan pemerintah Jawa Tengah,” tutupnya.

Related Post

Inovatif! Rumah Tamadun Transformasi Limbah Jadi Peluang Kerja untuk Perempuan dan Warga Binaan

Rumah Tamadun: Solusi Inovatif dari Limbah Kelapa SawitPANGKEP NEWS, JAKARTA - Rumah Tamadun, sebuah UMKM…

Solusi Sampah, Ahmad Luthfi Dorong Pembangunan Zonasi TPST Regional

Solusi Sampah, Ahmad Luthfi Dorong Pembangunan Zonasi TPST RegionalSEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi…

AS Bersiap, Musim Badai Mematikan Akan Dimulai

AS Bersiap, Musim Badai Mematikan Akan DimulaiJakarta – Amerika Serikat sedang bersiap menghadapi musim badai…