Kepergian Massal dari ChatGPT, Pemiliknya Merasa Kehilangan
Jakarta, PANGKEP NEWS – Perusahaan yang menciptakan ChatGPT, OpenAI, mengalami kegelisahan karena banyak pegawainya yang tiba-tiba memutuskan untuk pergi. Alasan utama adalah tawaran gaji yang sangat menarik dari para pesaing, terutama dari Meta.
Meta dilaporkan memberikan kompensasi yang sangat tinggi bagi pekerja yang memiliki keahlian di bidang kecerdasan buatan. Bahkan, bonus perpindahan yang ditawarkan kabarnya mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.
Dalam beberapa minggu terakhir, tawaran ini berhasil menarik setidaknya delapan pakar AI dari OpenAI untuk bergabung dengan Meta.
Pihak eksekutif OpenAI mulai khawatir melihat tren pengunduran diri ini. Kepala Penelitian OpenAI, Mark Chen, merasa seperti “rumahnya dibobol pencuri.”
“Saya merasa seperti perut saya sakit, seolah-olah ada yang masuk dan mencuri sesuatu dari rumah,” ungkap Chen dalam pesan di aplikasi Slack yang diperoleh dari Wired.
Chen kemudian menambahkan bahwa para petinggi OpenAI, termasuk dirinya dan CEO Sam Altman, telah menyiapkan strategi untuk mencegah terjadinya eksodus lebih lanjut.
Ia mengatakan bahwa para pemimpin di OpenAI sekarang sangat “proaktif,” dengan cara “menghitung kembali gaji, serta mencari cara kreatif untuk mengidentifikasi dan memberikan penghargaan kepada talenta terbaik.”
Meta Platforms diketahui gencar menarik peneliti dari OpenAI, perusahaan di balik aplikasi ChatGPT. Dalam minggu terakhir ini, sudah tujuh pegawai OpenAI yang pindah ke Meta.
Meta adalah induk perusahaan dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp. CEO Meta, Mark Zuckerberg, memiliki ambisi besar untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan.
Menurut laporan dari The Information yang dikutip Reuters, empat peneliti OpenAI bernama Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren telah setuju untuk bergabung dengan Meta. Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan bahwa Meta telah merekrut tiga pegawai OpenAI yang berbasis di Swiss, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai.
Zuckerberg telah menyusun daftar insinyur dan peneliti AI untuk bergabung dengan perusahaannya. Laporan dari Wall Street Journal menyebutkan bahwa dia sendiri yang menghubungi setiap kandidat yang diinginkan, seperti yang dilaporkan oleh The Guardian, Minggu (29/6/2025).
Beberapa nama dalam daftar tersebut berasal dari universitas ternama seperti lulusan PhD baru dari University of California Berkeley dan Carnegie Mellon. Ada juga yang berasal dari beberapa pesaing Meta, termasuk OpenAI dan DeepMind dari Google.